Uncategorized

Voyeurisme Kepuasan Seks Mengintip Orang Lain

Voyeurisme, Kepuasan Seks dari Mengintip Orang Lain - Alodokter

PelangiQQLounge – Voyeurisme Kepuasan Seks Mengintip Orang Lain. Voyeurisme adalah salah satu kelainan seksual di mana seseorang mengamati orang yang sedang telanjang atau melakukan aktivitas seksual secara diam-diam. Ketertarikan ini bukan karena siapa objeknya, melainkan karena aktivitas menontonnya.

Voyeurisme Kepuasan Seks Mengintip Orang Lain. Voyeurisme bisa juga di sebut dengan istilah scopophilia. Perilaku ini bukanlah gangguan seksual sampai menjadi fantasi seksual yang mengganggu kehidupan seseorang penderitanya atau ketika di lakukan tanpa persetujuan pasangan. Orang yang memiliki voyueurisme biasanya tidak tertarik untuk menjalin kontak seksual dengan korbannya.

Ciri-Ciri Voyeurisme

Orang yang memiliki voyeurisme (voyeur) bisa merasa terangsang lalu melakukan masturbasi hingga mencapai orgasme saat melihat orang lain berganti pakaian, mandi, masturbasi, atau berhubungan intim.

Selain mengintip atau mengamati secara langsung, voyeur tertarik menonton video pornografi berupa rekaman seseorang sedang telanjang atau melakukan kegiatan seksual. Voyeur juga mungkin akan bermain peran selayaknya sedang mengintip orang lain dengan pasangan seksualnya.

Meski bisa saja penjadi preferensi seksual yang normal, voyeurisme tetaplah sebuah penyimpangan ketika sudah tidak terkendali hingga merasa tidak puas jika tidak melakukannya.

Voyeurisme sebagai Gangguan

Gangguan voyeurisme yang sudah tidak terkontrol termasuk dalam parafilia, yaitu perilaku seksual menyimpang yang melibatkan aktivitas atau objek seks yang tidak wajar.

Penyebabnya belum dapat di pastikan. Namun, trauma masa kecil dan penyalahgunaan narkoba di ketahui dapat menyebabkan voyeurisme. Selain itu, gangguan ini juga kerap kali di alami oleh orang dengan hiperseks, depresi, atau gangguan kecemasan, serta parafilia lainnya, seperti eksibisionis.

Voyeurisme sudah di katakan sebagai gangguan bila penderitanya sudah berusia di atas 18 tahun dan tanda-tandanya sudah berlangsung selama 6 bulan. Tanda-tanda yang di maksud meliputi:

Merasa hanya bergairah saat melakukan voyeurisme

Merasa frustasi dan stres ketika tidak dapat menyalurkan hasratnya dengan voyeurisme
Mengambil gambar atau video orang lain yang sedang telanjang atau melakukan aktivitas seksual secara diam-diam
Merasa bersalah setelah melakukan voyeurisme
Melakukan tindak kriminal untuk melakukan voyeurisme, contohnya masuk ke rumah orang tanpa izin atau mengintip orang lain di dalam toilet umum
Mengabaikan kewajiban yang perlu di lakukan sehari-hari, misalnya bekerja
Menarik diri dari lingkungan sosial karena sibuk memenuhi keinginan untuk melakukan voyeurisme
Gangguan voyeurisme dapat menyebabkan penderitanya mengalami disfungsi seksual, bahkan tersandung kasus hukum dan di tindak secara pidana. Oleh karena itu, kondisi ini perlu segera di tangani. Untuk menentukan jenis pengobatannya, penderita perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Berikut ini adalah beberapa penanganan voyeurisme:

Psikoterapi

Dokter mungkin akan menyarankan psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif atau terapi psikodinamika. Terapi tersebut dapat membantu penderita mengidentifikasi penyebab terjadinya voyeurisme, sekaligus mengendalikan keinginan untuk melakukan penyimpangan seksual ini.

Lewat psikoterapi, penderita juga akan di latih untuk mengubah pola pikir terhadap voyeurisme dan menemukan cara yang tepat untuk mendapatkan kepuasan seksual.

Obat-obatan

Dokter juga mungkin akan meresepkan obat yang sesuai dengan kondisi kesehatan lain yang mungkin menjadi penyebab voyeurisme, seperti fluoxetine atau escitalopram.

Selain itu, obat penurun kadar testosteron mungkin akan di resepkan oleh dokter guna menekan gairah seksual dan keinginan untuk melakukan voyeurisme.

Di samping pengobatan dari dokter, penderita voyeurisme juga perlu mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, seperti keluarga, sahabat, atau pasangannya. Oleh karena itu, apabila ada orang terdekat Anda yang mengalami kondisi ini, rangkulah dan dukung ia untuk berkonsultasi dengan dokter sehingga penanganan yang sesuai pun bisa di berikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *