Uncategorized

Mengenal Parosmia Efek Infeksi COVID-19

Mengenal Parosmia Efek Infeksi COVID-19

Mengenal Parosmia Efek Infeksi COVID-19 Kamu pasti belakangan ini sering mendengar istilah anosmia, yaitu hilangnya sebagian atau seluruh indra penciuman. Istilah ini kini di kenal luas karena merupakan salah satu gejala COVID-19. Namun, apakah kamu pernah mendengar istilah parosmia?

Parosmia juga merupakan masalah kesehatan yang berhubungan dengan indra penciuman, tetapi berbeda dengan anosmia. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini! PelangiQQ_Lounge

Parosmia membuat penderita mencium bau busuk

Mengenal Parosmia Efek Infeksi COVID-19

Mengenal Parosmia Efek Infeksi COVID-19 Bukan hal yang aneh bila kamu mencium bau busuk kalau tak jauh darimu ada sampah atau bangkai. Namun, akan aneh bila kamu mencium bau busuk namun tak ada sumbernya di dekatmu. Inilah gambaran dari parosmia.

Di lansir WebMD, parosmia adalah gangguan yang membuat bau dari hal atau benda tertentu menjadi terdistorsi. Ini terjadi ketika sel reseptor bau di hidung, yaitu neuron sensorik olfaktorius, tidak mendeteksi bau dan menerjemahkan ke otak sebagaimana mestinya. Biasanya, baunya tercium tidak enak bahkan busuk atau menjijikkan.

Misalnya, saat kamu mengendus bau pisang yang segar dan matang, hidung akan menciumnya sebagai bau daging busuk. Agen Capsa

Parosmia sering di akibatkan oleh infeksi virus

Mengenal Parosmia Efek Infeksi COVID-19

Parosmia biasanya di sebabkan oleh kerusakan pada neuron sensorik olfaktorius yang terdapat di hidung. Kerusakan ini dapat terjadi akibat infeksi seperti pilek atau infeksi virus (termasuk COVID-19). Kerusakan pada bagian otak yang memproses sensasi penciuman juga dapat menyebabkan parosmia. Poker Online

Racun, bahan kimia, kondisi neurologis, dan obat-obatan tertentu juga dapat mengganggu atau mendistorsi indra penciuman.

Penyebab lain parosmia termasuk:

  • Infeksi bakteri
  • Kemoterapi kanker
  • Paparan kimia tertentu
  • Obat-obatan tertentu
  • Paparan radiasi, seperti radioterapi
  • Kejang lobus temporal
  • Paparan toksin
  • Infeksi virus
  • Infeksi saluran pernapasan atas, seperti pilek
  • Cedera kepala
  • Infeksi sinus
  • Tumor otak
  • Mulut kering terus-menerus
  • COVID-19

Parosmia bisa menyebabkan depresi

Penciuman merupakan salah satu elemen penting yang berhubungan dengan nafsu makan. Kehilangan kemampuan tersebut tentu saja akan memengaruhi selera makan. Alhasil, penurunan berat badan bisa terjadi.

Dalam kasus yang parah, parosmia bisa membuat penderitanya mengalami depresi. Ini bisa terjadi bila orang tersebut punya profesi yang berhubungan erat dengan indra penciuman, seperti koki atau pembuat parfum.

Lebih dari itu, parosmia juga bisa menyebabkan bahaya. Misalnya, bila ada kebocoran gas, penderita parosmia kemungkinan tidak akan menyadarinya. PelangiQQ

Parosmia berhubungan dengan COVID-19

Walaupun jumlah pasti orang yang menderita parosmia tidak di ketahui, tetapi menurut sebuah laporan dalam jurnal BDJ In Practice yang terbit pada Februari 2021 lalu, di temukan sekitar setengah (56 persen) orang-orang dengan anosmia karena COVID-19 juga mengalami parosmia.

Peneliti menemukan bahwa hampir setengah dari kohort (sekelompok orang dengan karakteristik yang sama, hidup pada periode waktu tertentu dan memiliki sejarah yang sama) COVID-19 melaporkan parosmia, dengan interval rata-rata 2,5 bulan sejak gejala awal hilangnya penciuman, dan ini bertahan selama 6 bulan dalam sebagian besar kasus.

Ada pula studi lainnya dalam jurnal Chemical Senses tahun 2020 menemukan bahwa 7 persen dari lebih dari 4.000 responden melaporkan indra penciuman yang terdistorsi setelah infeksi COVID-19. Namun, para ahli mengatakan kalau masih butuh lebih banyak informasi dan penelitian yang lebih besar untuk lebih memahami bagaimana COVID-19 dapat memengaruhi bau dan rasa. PelangiQQ

Virus bisa menyebabkan parosmia lewat tiga cara

Mengutip HowStuffWorks, setidaknya ada tiga cara bagaimana virus dapat memengaruhi penciuman hingga menyebabkan parosmia. 

Di jelaskan oleh Dr. Jennifer Grayson, direktur penelitian THT di University of Alabama, Amerika Serikat, pertama ini karena kondisi hidung tersumbat yang menyebabkan pembengkakan dan mencegah partikel bau mencapai saraf penciuman.

Kedua, infeksi virus melukai tentakel kecil saraf yang bernama fila. Luka ini yang menimbulkan bau busuk. 

Terakhir, virus menyebabkan peradangan hingga ke otak dan menyebabkan kematian sel yang berhubungan dengan saraf penciuman.

Itu semua menyebabkan otak menerjemahkan segala bau yang kamu terima menjadi tidak sedap. PelangiQQ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *