Uncategorized

Kesalahan Orangtua saat Menegur Anak

5 Kesalahan Orangtua saat Menegur Anak, Bisa Bikin Trauma!

PelangiQQLounge Kesalahan Orangtua saat Menegur Anak. Anak-anak seringkali membuat kita gemas dengan tingkah laku mereka yang nakal, bandel, atau kurang disiplin. Sebagai orang tua, kita punya kewajiban untuk menegur anak-anak kita agar mereka bisa belajar dari kesalahan mereka dan menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, menegur anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada seni dan ilmu di balik cara menegur anak yang efektif dan tidak menyakiti hati mereka.

1. Menegur dengan emosi

Kita manusia biasa, tentu saja punya emosi. Saat melihat anak melakukan kesalahan, terkadang kita tidak bisa menahan amarah, kekesalan, atau kekecewaan. Kita pun menumpahkan emosi negatif kepada anak dengan nada suara yang keras, kata-kata yang kasar, atau bahkan sikap fisik yang agresif. Padahal, menegur dengan emosi bisa membuat anak merasa ketakutan, bersalah, atau malu. Emosi negatif ini bisa merusak ikatan batin antara orangtua dan anak, serta menurunkan rasa percaya diri anak.

2. Menegur dengan kritik pribadi

Kesalahan Orangtua saat Menegur Anak. Kritik adalah hal yang penting untuk membantu anak memperbaiki kesalahan mereka. Namun, kritik harus bersifat konstruktif, bukan destruktif. Kritik destruktif adalah kritik yang menyerang karakteristik pribadi anak, bukan perilaku mereka. Contohnya adalah “Kamu itu malas”, “Kamu itu bodoh”, atau “Kamu itu nakal”. Kritik destruktif seperti ini bisa membuat anak merasa bahwa mereka tidak berharga atau tidak mampu berubah. Anak bisa menjadi putus asa, minder, atau bahkan menolak kritik tersebut.PelangiQQ

3. Menegur tanpa memberi konsekuensi

Menegur anak tanpa memberi konsekuensi adalah seperti memberi janji palsu kepada anak. Anak akan merasa bahwa kesalahan mereka tidak ada harganya atau tidak ada dampaknya bagi diri mereka atau orang lain. Anak bisa menjadi acuh tak acuh dengan kesalahan mereka atau bahkan mengulangi kesalahan yang sama atau lebih besar.

4. Menegur dengan kalimat yang panjang dan rumit

Kita mungkin ingin menjelaskan secara detail apa yang anak lakukan yang salah dan apa yang harus mereka lakukan untuk memperbaikinya. Namun, kalimat yang panjang dan rumit bisa membuat anak kehilangan fokus atau tidak mengerti maksud kita. Anak bisa menjadi bosan, bingung, atau bahkan melawan.BUKTIWIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *