BERITA UNIK

DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI

PELANGIQQ: DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI Apakah ada kehidupan sebelum kelahiran ? Akankah ada kehidupan setelah kematian ? Ini adalah pertanyaan – pertanyaan yang perlu dibicarakan secara serius dan tenang. Pertanyaan – pertanyaan yang memiliki kepentingan filosofis seperti itu harus dipertimbangkan dengan segenap pemikiran manusia secara objektif dan tanpa prasangka, tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Seseorang mestinya jangan gegabah dalam menyangkal atau menerima kebenaran yang hanya dinilai dari permukaan luarnya saja. Diperlukan penyelidikan terhadap kebenaran – kebenaran itu sebelum sampai pada kesimpulan. Banyak fenomena batin yang luar biasa yang terjadi di hadapan kita, yang tidak dapat diterangkan atau dijelaskan secara memuaskan oleh para ahli ilmu pengetahuan. Namun, mereka tidak secara gegabah mencela apa yang tidak dapat mereka jelaskan. Bagaimanapun, menyangkut perpaduan jasmani dan rohani manusia, terdapat keajaiban – keajaiban yang belum diselidiki yang menyibukkan para ahli ilmu pengetahuan selama bertahun – tahun.PELANGIQQ

DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI

SUDUT PANDANG.

Apakah Tuhan itu ada ? Apakah jiwa itu sesuatu yang nyata ? Apakah ada kehidupan yang lampau dan kehidupan setelah kematian ? Apa yang terjadi kepada manusia ketika ia meninggalkan kehidupan ini, tempat kediaman yang sementara ini ? Di manakah letak kehidupan yang akan datang dan apa bentuk alamnya ? Ini juga merupakan sebagian dari banyak persoalan yang telah membingungkan para pemikir dan orang bijaksana sepanjang zaman.AGENCAPSA

Menghadapi pertanyaan : “ Adakah kehidupan setelah kematian ? “, sebelum mencoba untuk memberikan jawaban menurut agama Buddha, ajaran Buddha yang sangat fundamental dan penting harus dijelaskan terlebih dahulu, karena tanpa memahaminya, konsep agama Buddha mengenai kehidupan setelah kematian sama sekali tak berarti. Seluruh ajaran Buddha sepenuhnya bebas dari pemikiran mengenai sesosok pencipta yang kekal yang memberi pahala dan hukuman atas perbuatan baik dan perbuatan jahat yang dilakukan oleh mahkluk hidup. Tiada pula pemikiran mengenai diri yang kekal atau diri yang tidak dapat dihancurkan. Tidak adanya kedua hal ini merupakan sifat utama dari agama Buddha, baik Theravada ataupun Mahayana.

Apakah ada kehidupan setelah kematian, bukanlah sebuah pertanyaan di hari ini ataupun kemaren. Berbagai agama, baik yang kuno maupun modern, dan sistem – sistem filsafat yang lain dari itu, yang materialistis ; yang menyatakan bahwa seseorang itu tidak memiliki apa – apa dan akan musnah pada saat kematian, menjawab pertanyaan ini dari sudut pandang yang berbeda dalam berbagai cara. Agama Buddha membenarkan adanya lingkaran kehidupan, kelahiran yang berulang – ulang, samsara, istilah teknisnya. Ini bukanlah teori kehidupan setelah kematian.

Secara logis terdapat empat sudut pandang yang dapat kita gunakan menanggapi pertanyaan mengenai kelangsungan hidup atau kelahiran kembali. Kita dapat mengatakan : ( 1 ) bahwa kita terus hidup setelah kematian dalam bentuk roh yang kekal, contohnya teori satu kehidupan setelah kematian ; ( 2 ) bahwa kita dimusnahkan dengan kematian, contohnya teori materialistis, yang menyangkal segala bentuk kehidupan setelah kematian ; ( 3 ) bahwa kita tidak mampu untuk menemukan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan ini atau tidak ada jawaban yang memuaskan, contohnya teori skeptisisme atau positivisme ; dan ( 4 ) bahwa kita hidup lagi pada kehidupan yang berikutnya atau hidup di alam lain, contohnya teori kelahiran kembali. Kitab suci agama Buddha mencatat beberapa variasi dari keempat bentuk teori ini masing – masing.

Penganut materialistis di sepanjang masa percaya bahwa tidak ada yang hidup terpisah dari zat materi. Mereka mengabaikan pertanyaan mengenai kehidupan sebelum kelahiran dan kehidupan setelah kematian sesuai dengan kepercayaan yang mereka yakini. Bagi mereka pikiran pun merupakan hasil dari zat, dan mereka percaya bahwa setelah kematian badan jasmani, eksistensi “ personalitas “ juga berakhir.

Teori agama Buddha mengenai kelahiran kembali atau tumimbal lahir ( punabbhava ) bersumber dari Penerangan Sempurna yang dicapai oleh Buddha dan bukan dari kepercayaan tradisional India. Sebagaimana yang tercatat dalam kitab suci agama Buddha ( Mahasaccaka Sutta, Majjhima Nikaya ) pada malam tercapainya Penerangan Sempurna Buddha memperoleh kemampuan untuk mengetahui kehidupan – kehidupan – Nya yang lampau. Kala itu ketika pikiranNya tenang, bersih, suci dan tanpa cacat, bebas dari kotoran yang mencemari, lentur dan fleksibel, mantap dan tak goyah, Beliau memperoleh kemampuan untuk mengingat kembali kehidupan – kehidupanNya yang terdahulu.

Dengan menggunakan kemampuan mata batin – Nya ( dibbacakkhu ), Buddha dapat melihat antara lain, kelangsungan hidup dari makhluk hidup dalam berbagai keadaan kehidupan, setiap keadaan sesuai dengan karma atau perbuatannya.

Menarik untuk diperhatikan bahwa penelitian terbaru dalam bidang psikologi telah mengakui apa yang disebut supernormal. Minat terhadap masalah yang melebihi jangkauan indra ( persepsi ekstrasensori ) dalam percobaan psikologi lambat laun mendapat kemajuan, dan hasil – hasil yang dicapai agaknya di luar pemahaman biasa.

Kasus – kasus mengenai anak – anak yang dapat mengingat kehidupannya yang lampau mendapat sorotan bukan hanya di negara – negara Asia seperti Myanmar, India, Sri Lanka ( Ceylon ) dan negara – negara timur lainnya, melainkan juga di negara – negara barat. Dr. Ian Stevenson, M.D dari Universitas Virginia USA telah menerbitkan hasil – hasil dari penyelidikan dan penelitiannya dalam beberapa buku, dua diantaranya berjudul : Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, dan Sri Lanka Cases of Reincarnation Type.

Perhatikan juga dua buku lainnya : Reincarnation – An East – West Anthology dan Reincarnation in World Thought – A Living Study of Reincarnation in all Ages, tulisan – tulisan pilihan dari kalangan berbagai agama dunia, filsafat, ilmu pengetahuan serta pemikir besar di masa lampau dan sekarang, disusun dan disunting oleh Joseph Head dan S.L. Cranston, Julian Press Inc, New York, 1961 dan 1967.

Para ahli filsafat Yunani kuno seperti Empedocles dan Pythagoras juga mengajarkan ajaran mengenai kelahiran kembali dan plato membuatnya sebagai asumsi penting dalam filsafatnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *